Langsung ke konten utama

“Menjangan Seluang” Ikatan spiritual leluhur nusantara


Banyak wacana tentang menjangan saluang. Sayangnya, analisis itu justru membingungkan. Namun secara sederhana “menjangan saluang” berasal dari kata “menjangan” (binatang rusa) dan “saluang” (kepala). Secara gamblang artinya adalah “kepala menjangan” / kepala rusa. Bukan “menjangan sakaluang” !! yang diartikan menjangan sebagai tiang penyangga (saka) dari bangunan pelinggih.
Mengapa ada pelinggih yang diisi kepala menjangan?
Adalah simbol penghormatan dan pemujaan kepada Mpu Kuturan yang telah meletakkan dasar-dasar spiritual masyarakat Bali yang dianut sejak seribu tahun yang lalu sampai saat ini. Ada pula mengatakan sebagai simbol pemujaan kepada Sang Panca Pandita (Sang Panca Resi) yakni Mpu Semeru, Mpu Kuturan, Mpu Gnijaya, Mpu Bradah, dan Mpu Gana. Lebih luas lagi, sebagai pemujaan ke Majapahit (tanah Jawa).
Hal di atas tampak memiliki kesamaan yakni pemujaan kepada para danghyang dan para leluhur di tanah Jawa. Dengan demikian “menjangan seluang” adalah sebagai simbol ikatan rohani masyarakat Bali dengan tanah Jawa, atau lebih luas lagi ikatan dengan para leluhur nusantara.
Dimana ditempatkan simbol “menjangan seluang?
Karena sebagai simbol pemujaan kepada para leluhur, para danghyang, para Mpu yang sudah “meraga dewa”, mejangan seluang diletakkan pada pelinggih “pesaren gede” yakni pelinggih yang fungsinya sebagai pengayatan para dewa – dewi, para danghyang, para pandita, maha resi yang sudah mencapai alam kedewatan. Ada pula menjangan seluang diletakkan di “tajuk pepelik” yang fungsinya sama dengan Bale Pesaren Gede. Dimana bale pesaren ini hanya ada di “sanggah gede” / “merajan ageng”.
Mengapa kepala menjangan menjadi simbol?. Karena menjangan dianggap sebagai simbol kemulyaan. Ampura. Dumogi tan kacakrabhawa rajapinulah.
#MenjanganSeluang #SanggahGede #MpuKuturan #LeluhurNusantara #GamaBali #HinduBali #GamaTirtha kanduksupatra.blogspot.com kanduksupatra.blogspot.com kibuyutdalu.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sri Jaya Kesunu – Galungan – Betari Durga

Babad Usana Bali Pulina mengisahkan kekuasaan raja Sri Kesari Warmadewa (Dalem Slonding), berkedudukan di Singamandawa. Beliau digantikan oleh Udayana Warmadewa. Pada masa ini kerajaan tentram. Raja berikutnya adalah Sri Walaprabu. Tak lama kemudian digantikan oleh Sri Nari Prabu. Lalu digantikan oleh Sri Jaya Sakti. Pada masa – masa ini raja tidak langgeng, cenderung pendek umur. “Gumi kegeringan” (alam bergejolak dan rakyat menderi ta). Hal ini menggugah pengganti Sri Jaya Sakti yakni raja Sri Jaya Kesunu untuk mencari sebabnya. Lalu pada suatu hari, tengah malam Raja Sri Jaya Kesunu menuju ke perhyangan Betari Nini (Betari Durga) di Pura Dalem Kedewatan (Dalem Puri) untuk melakukan tapa brata yoga samadhi. Singkat cerita, setelah memanunggalkan bayu, sabda, idep, Hyang Betari Nini berkenan hadir di hadapan Sri Jaya Kesunu. Ida Betari Nini bersabda ” Hai anaku Sri Jaya Kesunu, apa maksudmu kemari? Sri Jaya Kesunu menjawab “Hyang mulia Ida Betari, hamba mohon restu ...

Kajeng Klion Pemelastali WATUGUNUNG RUNTUH

Redite Kliwon wuku Watugung disebut Watugunung Runtuh. Mitologinya adalah sebagai berikut: Sang Prabu Kulagiri raja kerajaan Kundadwipa memiliki istri Dewi Sinta dan Dewi Landep. Mereka berdua ditinggal ke Gunung Mahameru untuk bertapa. Saat itu Dewi Sinta sedang hamil. Karena lama tak kembali, Dewi Sinta dan Dewi Landep menyusul Sang Prabu ke pertapaan. Dalam perjalanan Dewi Sinta melahirkan di atas sebuah batu. Bayi itu kemudian diberinama “Watugunung”. Singkat cerita, tabiat anak itu keras kepala. Suatu hari ia tak sabar untuk makan. Saking kesalnya, ibunya memukul kepala Watugunung dengan “siut” (pengaduk nasi) sampai terluka. Watugunung marah lalu pergi dan bertapa di hutan. Dewa Brahma menganugrahkan kesaktian bahwa ia tak akan terkalahkan oleh siapapun, kecuali musuh yang ber-Triwikrama (Wisnu). Sejak itu Watugunung menjadi angkara murka. Ia menaklukkan raja-raja mulai dari Sang Prabu Ukir, Prabu Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga.. dan seterusnya sampai Sang ...

Purnama Kapat

Pakem Gama Tirtha Ada hari - hari yang memang utama dimana Ida Betara mareresik / mesuci, mayoga semadi untuk menciptakan agar alam semesta menjadi rahayu. Kemudian Ida Betara turun ke dunia untuk menganugrahkan kerahayuan kepada Sang Gama Tirtha (manusia) dan kepada semua mahluk. Saat itulah hari yang baik bagi Sang Gama Tirtha mengastiti puja dan menghaturkan banten kehadapan betara betari. Purnama Sasih Kapat (Kartika) dalam kidung wargasari disebutkan sebagai bulan penuh warna warni bunga harum semerbak (kartika…. panedenging sari….). Sasih Kapat, dimana Sanghyang Baskaradipati (Sanghyang Surya) tepat berada di katulistiwa. Purnama Kapat adalah purnama utama, hari payogan Ida Betara Prameswara yang bergelar Sanghyang Purusa Sangkara diiringi oleh para dewata betara - betari, widayadara widyadari, dan para resigana. Pada hari ini sang pandita patut angarga puja, apasang lingga, melaksanakan candra sewana, serta ngaturang sesaji kehadapaan Hyang Kawitan. Kepad...