Langsung ke konten utama

Arja Bondres “Teja Dharmaning Kahuripan”


Saat arja kuno mengalami krisis, entah darimana idenya, awal th 90-an sekelompok seniman menyuguhkan pertunjukan bondres menggunakan format arja. Ide ini mampu membangkitkan gairah kesenian arja yang lesu darah selama puluhan tahun.
Peran Inye, Galuh, Limbur, Desak Rai, Liku, Penasar Kelihan Manis, Penasar Cenikan Manis, Mantri Manis, Penasar Kelihan Buduh, Penasar Cenikan Buduh, Mantri Buduh, semua oleh kaum laki-laki.
Dari segi pakem mungkin agak bergeser, karena lebih bersifat bebanyolan / lelucon. Entah ceritanya nyambung atau tidak, yang penting lucu, semua pemain melucu. Beda dengan pakem arja kuno yang lebih menjaga keutuhan cerita dan penyampaian tutur etika moral, diselingi dengan lelucon yang proporsional.
Karena pakemnya lebih bebas, maka arja muani banyak memunculkan “pregina dadakan” alias “seniman karbitan”. Ada minat langsung mentas, tanpa memahami pakem. Seringkali pregina dadakan itu kagok, tak paham apa yang sedang diperankan. Maka hambarlah tutur, campahlah percakapan, lalu mengalihkan situasi panggung pada lelucon yang kerap mengarah porno. Pregina dadakan juga minim cerita yang bersumber dari babad-babad, purana, dll. Mohon maaf, kesannya “kuak kuwuk” di atas panggung.
Arja bondres muncul saat krisis, kini ia pun didera krisis. Akankah pregina arja bereksperimen lagi untuk melahirkan arja bentuk baru dengan pakem baru? Entahlah…. Jaman pasti akan memunculkan seni sesuai karakter masyarakat saat itu.
Sejatinya tugas penting seniman adalah mempertahankan pakem, tidak sekedar mentas dan melucu. Tugas lainnya adalah transfer nilai, etika dan moral kepada masyarakat dalam bingkai hiburan.
Seniman Bali mesti berkarya dalam koridor pakem. “Teja Dharmaning Kahuripan” disemangati oleh spirit penciptaan, semoga seni pertunjukan Bali senantiasa “metaksu”. Sekaligus membangunkan kesenian "Drama Gong" yang kolap dan kesenian gambuh yang "mati surii". Semoga para seniman disinari kekuatan penciptaan. Astungkara. Ampura.
#KesenianBaali #BudayaBali #PakemSeniBali kanduksupatra.blogspot.com kibuyutdalu.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sri Jaya Kesunu – Galungan – Betari Durga

Babad Usana Bali Pulina mengisahkan kekuasaan raja Sri Kesari Warmadewa (Dalem Slonding), berkedudukan di Singamandawa. Beliau digantikan oleh Udayana Warmadewa. Pada masa ini kerajaan tentram. Raja berikutnya adalah Sri Walaprabu. Tak lama kemudian digantikan oleh Sri Nari Prabu. Lalu digantikan oleh Sri Jaya Sakti. Pada masa – masa ini raja tidak langgeng, cenderung pendek umur. “Gumi kegeringan” (alam bergejolak dan rakyat menderi ta). Hal ini menggugah pengganti Sri Jaya Sakti yakni raja Sri Jaya Kesunu untuk mencari sebabnya. Lalu pada suatu hari, tengah malam Raja Sri Jaya Kesunu menuju ke perhyangan Betari Nini (Betari Durga) di Pura Dalem Kedewatan (Dalem Puri) untuk melakukan tapa brata yoga samadhi. Singkat cerita, setelah memanunggalkan bayu, sabda, idep, Hyang Betari Nini berkenan hadir di hadapan Sri Jaya Kesunu. Ida Betari Nini bersabda ” Hai anaku Sri Jaya Kesunu, apa maksudmu kemari? Sri Jaya Kesunu menjawab “Hyang mulia Ida Betari, hamba mohon restu ...

Kajeng Klion Pemelastali WATUGUNUNG RUNTUH

Redite Kliwon wuku Watugung disebut Watugunung Runtuh. Mitologinya adalah sebagai berikut: Sang Prabu Kulagiri raja kerajaan Kundadwipa memiliki istri Dewi Sinta dan Dewi Landep. Mereka berdua ditinggal ke Gunung Mahameru untuk bertapa. Saat itu Dewi Sinta sedang hamil. Karena lama tak kembali, Dewi Sinta dan Dewi Landep menyusul Sang Prabu ke pertapaan. Dalam perjalanan Dewi Sinta melahirkan di atas sebuah batu. Bayi itu kemudian diberinama “Watugunung”. Singkat cerita, tabiat anak itu keras kepala. Suatu hari ia tak sabar untuk makan. Saking kesalnya, ibunya memukul kepala Watugunung dengan “siut” (pengaduk nasi) sampai terluka. Watugunung marah lalu pergi dan bertapa di hutan. Dewa Brahma menganugrahkan kesaktian bahwa ia tak akan terkalahkan oleh siapapun, kecuali musuh yang ber-Triwikrama (Wisnu). Sejak itu Watugunung menjadi angkara murka. Ia menaklukkan raja-raja mulai dari Sang Prabu Ukir, Prabu Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga.. dan seterusnya sampai Sang ...

Purnama Kapat

Pakem Gama Tirtha Ada hari - hari yang memang utama dimana Ida Betara mareresik / mesuci, mayoga semadi untuk menciptakan agar alam semesta menjadi rahayu. Kemudian Ida Betara turun ke dunia untuk menganugrahkan kerahayuan kepada Sang Gama Tirtha (manusia) dan kepada semua mahluk. Saat itulah hari yang baik bagi Sang Gama Tirtha mengastiti puja dan menghaturkan banten kehadapan betara betari. Purnama Sasih Kapat (Kartika) dalam kidung wargasari disebutkan sebagai bulan penuh warna warni bunga harum semerbak (kartika…. panedenging sari….). Sasih Kapat, dimana Sanghyang Baskaradipati (Sanghyang Surya) tepat berada di katulistiwa. Purnama Kapat adalah purnama utama, hari payogan Ida Betara Prameswara yang bergelar Sanghyang Purusa Sangkara diiringi oleh para dewata betara - betari, widayadara widyadari, dan para resigana. Pada hari ini sang pandita patut angarga puja, apasang lingga, melaksanakan candra sewana, serta ngaturang sesaji kehadapaan Hyang Kawitan. Kepad...