Ketika ayah dan ibu masih bayi, ada sesuatu yang terpancar dari pikiran. Itu yang disebut “Sanghyang Iswara”. Setelah dewasa, pancaran pikiran inilah yang mempertemukan antara ayah dan ibu untuk menjadi suami istri. Singkat cerita, ketika telah menjadi suami istri, terjadi senggama. Benih laki-laki dan benih perempuan bertemu.
Setelah sebulan pertemuan itu, timbullah pancaran matahari dan bulan.
Dua bulan pertemuan itu, timbullah suara, pikiran dan tenaga.
Tiga bulan pertemuan itu, terbentuklah “panca warna”
Empat bulan pertemuan itu, muncul kekuatan “Dewata Nawasanga”
Lima bulan pertemuan itu, bertemu kekuatan bumi dan langit, membentuk jabang bayi yang disebut “Sang Hyang Putih Majati”.
Enam bulan di dalam kandungan, ada saudara jabang bayi yang keluar dari ayah, disebut dengan “Babu Lembana”.
Tujuh bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar dari ibu bernama “Babu Abra”.
Delapan bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar lagi dari ayah bernama “Babu Ugian”.
Sembilan bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar dari ibu, bernama “Babu Kakërëd”.
Setelah itu lahirlah si bayi. Bersamaan dengan itu, keluar pula keempat saudaranya yakni “I Anta” (tembuni / ari-ari), “preta” (tali pusar), “kala” (darah), “dengen” (air ketuban).
Bayi yang baru lahir disebut “Sanghyang Legaprana”. Sedangkan empat saudaranya yang menyertai lahir itu lalu berubah nama menjadi I Salahir, I Jalahir, I Makahir, dan I Mokahir.
Kira-kira dua tahun mereka saling asih bersaudara, dari bisa merangkak, lalu bisa berjalan, sampai bisa menyebut bapa dan ibu. Mulai saat inilah mereka saling berpisah. I Salahir pergi ke timur, I Jalahir pergi ke selatan, I Makahir pergi ke barat dan I Mokahir pergi ke utara.
Setelah setahun mereka berpisah, lalu berkumpul kembali menghadap Batara Hyang Sinuhun (Batara Guru) untuk mendapatkan sabda rahasia, mendapatkan penyucian dan kesaktian. Setelah mendapatkan sabda rahasia itu, berganti nama lagi menjadi I Anggapati, I Mrajapati, I Banaspati, dan I Banaspatiraja.
Ida Bhatara Sinuhun kembali bersabda kepada mereka berempat, “wahai kamu sekalian, pulanglah segera ke saudaramu “I Legaprana”. I Anggapati masuk kembali lewat mata; I Mrajapati kembali lewat telinga; I Banaspati kembali lewat hidung; I Banaspatiraja kembali lewat mulut. Mulai saat itu keempat saudara lahir itu kembali berkumpul dan menyatu dengan I Legaprana untuk saling asih, asah, asuh.
Dengan adanya empat saudara, ditambah dengan I Legaprana (manusia), maka sejatinya persaudaraan itu ada lima (Kanda Lima).
Demikian dituturkan. Ampura.
#KandaPat #KandaLima #LegaPrana kanduksupatra.blogspot.com
Dua bulan pertemuan itu, timbullah suara, pikiran dan tenaga.
Tiga bulan pertemuan itu, terbentuklah “panca warna”
Empat bulan pertemuan itu, muncul kekuatan “Dewata Nawasanga”
Lima bulan pertemuan itu, bertemu kekuatan bumi dan langit, membentuk jabang bayi yang disebut “Sang Hyang Putih Majati”.
Enam bulan di dalam kandungan, ada saudara jabang bayi yang keluar dari ayah, disebut dengan “Babu Lembana”.
Tujuh bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar dari ibu bernama “Babu Abra”.
Delapan bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar lagi dari ayah bernama “Babu Ugian”.
Sembilan bulan di dalam kandungan, ada lagi saudara keluar dari ibu, bernama “Babu Kakërëd”.
Setelah itu lahirlah si bayi. Bersamaan dengan itu, keluar pula keempat saudaranya yakni “I Anta” (tembuni / ari-ari), “preta” (tali pusar), “kala” (darah), “dengen” (air ketuban).
Bayi yang baru lahir disebut “Sanghyang Legaprana”. Sedangkan empat saudaranya yang menyertai lahir itu lalu berubah nama menjadi I Salahir, I Jalahir, I Makahir, dan I Mokahir.
Kira-kira dua tahun mereka saling asih bersaudara, dari bisa merangkak, lalu bisa berjalan, sampai bisa menyebut bapa dan ibu. Mulai saat inilah mereka saling berpisah. I Salahir pergi ke timur, I Jalahir pergi ke selatan, I Makahir pergi ke barat dan I Mokahir pergi ke utara.
Setelah setahun mereka berpisah, lalu berkumpul kembali menghadap Batara Hyang Sinuhun (Batara Guru) untuk mendapatkan sabda rahasia, mendapatkan penyucian dan kesaktian. Setelah mendapatkan sabda rahasia itu, berganti nama lagi menjadi I Anggapati, I Mrajapati, I Banaspati, dan I Banaspatiraja.
Ida Bhatara Sinuhun kembali bersabda kepada mereka berempat, “wahai kamu sekalian, pulanglah segera ke saudaramu “I Legaprana”. I Anggapati masuk kembali lewat mata; I Mrajapati kembali lewat telinga; I Banaspati kembali lewat hidung; I Banaspatiraja kembali lewat mulut. Mulai saat itu keempat saudara lahir itu kembali berkumpul dan menyatu dengan I Legaprana untuk saling asih, asah, asuh.
Dengan adanya empat saudara, ditambah dengan I Legaprana (manusia), maka sejatinya persaudaraan itu ada lima (Kanda Lima).
Demikian dituturkan. Ampura.
#KandaPat #KandaLima #LegaPrana kanduksupatra.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar