Langsung ke konten utama

“Setan Kredit”


Lucu saja melihatnya, tatkala ada seseorang atau sekelompok orang yang getol memposisikan diri sebagai kaum mulia. Di sisi lain mereka menilai orang yang beda paham dianggap bergumul dengan setan. Mereka kerap berteriak lantang “kamu setan… kalian sesat…, neraka… ”. Duh… sebegitunya pandangan mereka terhadap saudara sendiri.
Hehe… rupanya mereka melihat bumi ini sudah dipenuhi “gerombolan setan”. Sepertinya eksistensi “setan” di bumi semakin kuat, sampai - sampai konon ada “partai setan” yang meresahkan “kaum surgawi”.
Kasihan para “setan - setan dunia”. Selalu dideskreditkan sebagai penista dunia, penoda kehidupan, perusak peradaban. Dasar “setan kredit”. Selalu dituduh “batil” oleh kaum pemegang “sertifikat surga”.
Ampura…..
Bisa jadi “gerombolan setan” tak pernah melihat kitab suci, tetapi ia bisa melihat kesucian dan kesejatian jiwa-jiwa manusia di dunia.
“Gerombolan setan” mungkin tak pernah mendengarkan ceramah agama, tetapi ia selalu mendengar bisikan nurani insan – insan nestapa dunia.
Mungkin juga “gerombolan setan” tak pernah membaca kitab suci, tetapi ia bisa membaca denyut keluhuran peradaban nusantara.
“Gerombolan setan” memang tak pernah belajar agama, tetapi mereka sangat paham pancaran budi pekerti semesta.
Yahhh… begitulah. “Celebingkah beten biyu, belahan pane belahan paso. Gumi linggah ajak liyu, ada kene ada keto”. Banyak orang, pastilah macam – macam karakternya.
Kalau di dalam dunia spiritual mistik Bali itu mirip dengan “Bebai Dewa”. Sejatinya ia adalah bebhutan / setan tetapi ngaku ngaku - ngaku dewa.
Maklum aja karena memang begitu karakter mereka. Cuman kita merasa sayang aja kalau mereka tak punya sekeping cermin untuk menatap sekilas sudut wajahnya yang belepotan jelaga sebelum berangkat ke surga.
Lalu seorang berbisik halus “sepertinya dunia ini akan lebih beradab dengan adanya “setan - setan berbudi” dibandingkan “manusia – manusia kesetanan”. Dan…. kayaknya mereka sekali waktu diajak berwisata kuliner menikmati “nasi panas sambal setan”. Pasti mantap, nikmat, berkeringat, untuk memberikan efek penyegaran pikiran mereka. Hehe… ampura.
Satua ngacuh ulian sing nawang “bebedag”. Sekali lagi ampura.
#Setan #Bebedag kanduksupatra.blogspot.com kibuyutdalu.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sri Jaya Kesunu – Galungan – Betari Durga

Babad Usana Bali Pulina mengisahkan kekuasaan raja Sri Kesari Warmadewa (Dalem Slonding), berkedudukan di Singamandawa. Beliau digantikan oleh Udayana Warmadewa. Pada masa ini kerajaan tentram. Raja berikutnya adalah Sri Walaprabu. Tak lama kemudian digantikan oleh Sri Nari Prabu. Lalu digantikan oleh Sri Jaya Sakti. Pada masa – masa ini raja tidak langgeng, cenderung pendek umur. “Gumi kegeringan” (alam bergejolak dan rakyat menderi ta). Hal ini menggugah pengganti Sri Jaya Sakti yakni raja Sri Jaya Kesunu untuk mencari sebabnya. Lalu pada suatu hari, tengah malam Raja Sri Jaya Kesunu menuju ke perhyangan Betari Nini (Betari Durga) di Pura Dalem Kedewatan (Dalem Puri) untuk melakukan tapa brata yoga samadhi. Singkat cerita, setelah memanunggalkan bayu, sabda, idep, Hyang Betari Nini berkenan hadir di hadapan Sri Jaya Kesunu. Ida Betari Nini bersabda ” Hai anaku Sri Jaya Kesunu, apa maksudmu kemari? Sri Jaya Kesunu menjawab “Hyang mulia Ida Betari, hamba mohon restu ...

Kajeng Klion Pemelastali WATUGUNUNG RUNTUH

Redite Kliwon wuku Watugung disebut Watugunung Runtuh. Mitologinya adalah sebagai berikut: Sang Prabu Kulagiri raja kerajaan Kundadwipa memiliki istri Dewi Sinta dan Dewi Landep. Mereka berdua ditinggal ke Gunung Mahameru untuk bertapa. Saat itu Dewi Sinta sedang hamil. Karena lama tak kembali, Dewi Sinta dan Dewi Landep menyusul Sang Prabu ke pertapaan. Dalam perjalanan Dewi Sinta melahirkan di atas sebuah batu. Bayi itu kemudian diberinama “Watugunung”. Singkat cerita, tabiat anak itu keras kepala. Suatu hari ia tak sabar untuk makan. Saking kesalnya, ibunya memukul kepala Watugunung dengan “siut” (pengaduk nasi) sampai terluka. Watugunung marah lalu pergi dan bertapa di hutan. Dewa Brahma menganugrahkan kesaktian bahwa ia tak akan terkalahkan oleh siapapun, kecuali musuh yang ber-Triwikrama (Wisnu). Sejak itu Watugunung menjadi angkara murka. Ia menaklukkan raja-raja mulai dari Sang Prabu Ukir, Prabu Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga.. dan seterusnya sampai Sang ...

Purnama Kapat

Pakem Gama Tirtha Ada hari - hari yang memang utama dimana Ida Betara mareresik / mesuci, mayoga semadi untuk menciptakan agar alam semesta menjadi rahayu. Kemudian Ida Betara turun ke dunia untuk menganugrahkan kerahayuan kepada Sang Gama Tirtha (manusia) dan kepada semua mahluk. Saat itulah hari yang baik bagi Sang Gama Tirtha mengastiti puja dan menghaturkan banten kehadapan betara betari. Purnama Sasih Kapat (Kartika) dalam kidung wargasari disebutkan sebagai bulan penuh warna warni bunga harum semerbak (kartika…. panedenging sari….). Sasih Kapat, dimana Sanghyang Baskaradipati (Sanghyang Surya) tepat berada di katulistiwa. Purnama Kapat adalah purnama utama, hari payogan Ida Betara Prameswara yang bergelar Sanghyang Purusa Sangkara diiringi oleh para dewata betara - betari, widayadara widyadari, dan para resigana. Pada hari ini sang pandita patut angarga puja, apasang lingga, melaksanakan candra sewana, serta ngaturang sesaji kehadapaan Hyang Kawitan. Kepad...